LINGKUNGAN SEKITAR BANTARAN KALI CILIWUNG
CHARACTER BUILDING
ANGGOTA KELOMPOK :
1.
Citra
Asri Maulana Siregar (11113966)
2.
Della
Puspita K.S. (11114392)
3.
Dwi
Panca Omega (11113565)
4. Elvira
Virgonita (11114301)
5.
Nia
Hanifah (11113648)
6.
Nurma
Maryaningsih (11113953)
7.
Riyo
Pramana Putra (11114131)
8.
Rizky
Indah Pratiwi (11113556)
9.
Susi
Apriani (11114281)
10.
Yosca
Yansen A.S. (11113687)
Dosen Character Building 11.3A.07
Dahlia Sarkawi
BINA SARANA INFORMATIKA KOMPUTERISASI
AKUNTANSI
JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul
“Lingkungan Sekitar Bantaran Kali Ciliwung” tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan tugas mata kuliah “Character Building”. Makalah ini merupakan inovasi
pembelajaran untuk memahami penelitian secara mendalam, semoga makalah ini
dapat berguna untuk Mahasiswa padaumumnya. Saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dahlia Sarkawi selaku dosen mata kuliah Character Building atas
bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta
pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Saya
juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar
dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Jakarta, 23 Oktober 2012
(Penulis)
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang Pemilihan Judul 1
1.2
Ruang
Lingkup 2
1.3
Maksud
& Tujuan 3
BAB II Permasalahan
2.1
Identifikasi
Masalah 4
2.2
Perumusan
Masalah 4
BAB III Pembahasan
3.1
Kendala 12
3.2
Alternatif
Pemecahan Masalah 12
BAB IV Penutupan
4.1
Kesimpulan 14
4.2
Saran 14
Foto Observasi 16
Daftar Pustaka 17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keadaan Iingkungan suatu daerah merupakan gambaran tentang
kondisi masyarakat yang hidup di Iingkungan daerah tersebut. Kualitas
Iingkungan dibentuk berdasarkan pola kontribusi masyarakatnya. Menurut UU No.23
Tahun 1997, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Oleh
karena itu tindakan yang melibatkan banyak orang atau dilakukan oleh anggota
masyarakat dominan terhadap Iingkungannya akan mempengaruhi kualitas
ekosistemnya. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan kualitas Iingkungan
merupakan tanggung jawab bersama bukan merupakan tanggungan beberapa kalangan
saja.
Sebagai penduduk kota DKI
Jakarta, kita seringkali melihat dan mendengar pemberitaan mengenai
masalah-masalah yang meliputi kependudukan di ibukota ini. Salah satu masalah
yang seringkali diliput dalam pemberitaan mengenai masyarakat adalah tentang
pemukiman warga yang berada di sekitar daerah bantaran kali.
Dengan mendengar hal ini saja, tentu kemudian langsung
akrab di benak kita berita-berita terdahulu mengenai masyarakat di bantaran
Kali Ciliwung, Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kali sebagai daerah cekungan bumi yang berisi air merupakan
Iingkungan yang rentan terhadap gejala penurunan kualitas, karena kali memiliki
daerah aliran yang panjang melalui beberapa wilayah yang dihuni beraneka ragam
karakter masyarakat. Kondisi kali dapat menurun secara cepat karena kontribusi
pencemaran masyarakat tidak dapat dikontrol.
Daerah bantaran Kali
Ciliwung dengan komunitas penduduknya yang relative besar merupakan wilayah
yang sangat rawan dengan adanya banjir setiap kali Jakarta diguyur hujan deras.
Masyarakat yang tinggal disana selama bertahun-tahun benar-benar sudah biasa,
bahkan bisa dibilang sudah akrab dengan fenomena banjir yang meliputi wilayah
pemukiman mereka tersebut.
Jakarta sebagai ibukota negara dianggap sebagai panutan
oleh daerah lain di Indonesia dan cerminan bangsa Indonesia ditinjau oleh
bangsa lain. Kedua hal tersebut menjadikan Jakarta sebagai kota yang memiliki
tanggung jawab tinggi dalam hal pembangunan lingkungannya. Perlakuan masyarakat
Jakarta terhadap lingkungannya akan dijadikan contoh oleh kota lain untuk
dicoba diterapkan di daerahnya.
1.2
Ruang Lingkup
Masalah yang menyangkut Iingkungan merupakan masalah
prinsip yang pada kaitannya perlu upaya multi disipliner yang membutuhkan
bantuan dari segala sisi kemasyarakatan; ekonomi, sosial, ideologi, psikologi,
statistik, budaya dan pendidikan dalam menuntaskannya.
Kampanye merupakan upaya untuk sebanyak-banyaknya menarik perhatian masyarakat
terhadap tujuan yang ingin dicapai. Kampanye ini meliputi:
- Penyebaran informasi kepada masyarakat baik melalui media massa maupun penyuluhan
langsung ke masyarakat
-
Gerakan turun ke kali untuk
pembersihan fisik dan perbaikan fasilitas yang berada disekitar kali
-
Perbaikan sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan kampanye misalnya
aparat hukum ,ketertiban dan lainnya .
1.3
Maksud dan Tujuan
Untuk memenuhi
nilai UAS pada mata kuliah CHARACTER BUILDING. Menambah wawasan
kami sebagai generasi muda yang peduli akan lingkungan sekitar dan dapat
mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada lingkungan hidup terutama di
sekitar Bantaran Kali Ciliwung tersebut serta upaya - upaya yang dapat
dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk mengatasi masalah - masalah yang ada.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1
Identifikasi Masalah
Penurunan kualitas lingkungan kali dapat mempengaruhi
Iingkungan suatu daerah secara keseluruhan. Kali akan kehilangan fungsi
ekosistemnya, terutama untuk manusia. Secara garis besar inti masalahnya adalah
:
-
Apa penyebab penurunan kualitas
lingkungan kali?
-
Bagaimana cara memperbaiki
kualitasnya ?
-
Unsur manusia dapat
dipastikan terlibat dalam penurunan kualitas tersebut. Di
alam ini hanya manusia juga memiliki
potensi kesadaran untuk memperbaiki
keadaan lingkungannya. Jadi faktor
manusia perlu ditekankan dalam pencarian sebab, dipandang sebagai
korban maupun dalam perannya sebagai potensi pembaik keadaan.
2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang
telah dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
a.
Masalah apa saja yang terjadi pada
lingkungan di sekitar Bantaran Kali Ciliwung ?
b.
Apa penyebab dan dampak yang ditimbulkan
dari masalah lingkungan tersebut ?
c.
Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah lingkungan tersebut ?
BAB III
PEMBAHASAN
Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai berdasarkan kondisi fisiknya
akan terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagian hulu : pada kondisi
hulu aliran air deras, batu-batuan juga besar dan erosi yang terjadi adalah
erosi vertikal ke bawah (air terjun).
2. Bagian tengah : Pada bagian
ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga sudah tidak besar lagi dan
erosi yang terjadi ke samping/horizontal.
3. Pada bagian hilir : pada
bagian ini aliran air sudah tenang, batu-batuan juga sudah berubah menjadi
kental/pasir dan sudah jarang terjadi erosi.
Sungai berdasarkan debit
aliran airnya :
1. Sungai permanen : Sungai yang debitnya
stabil dan tidak dipengaruhi oleh musim. Contoh Sungai Mahakam, Sungai Barito,
Sungai Musi dan Sungai Kapuas.
2. Sungai periodik : Sungai yang aliran airnya
dipengaruhi oleh musim, meluap ketika musim hujan dan kering ketika musim
kering. Contoh Sungai Ciliwung,
Sungai Cisadane.
3.
Sungai Episodik ; sungai yang aliran airnya
ada hanya di musim penghujan, contoh Sungai Kasada di sumba.
Di
DKI Jakarta sungai yang paling terkenal adalah Sungai Ciliwung. Keberadaan
Sungai Ciliwung memang sangat penting bagi kehidupan warga Jakarta. Sebagai urat
nadi, kesehatannya perlu dijaga agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun,
kondisi sebaliknya menimpa sungai yang membelah Jakarta. Keberadaannya yang
kian penting tidak lantas membuat warga Jakarta sadar untuk merawat dan menjaga
kesehatannya. Bahkan, kian hari kian banyak sampah yang menutupi aliran air dan
seiring perjalanan waktu kian banyak rumah-rumah warga yang berdiri di sekitar
bantaran Sungai Ciliwung.
Hal
inilah yang membuat kami tertarik untuk mengadakan penelitian/observasi terhadap
kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung,
terutama yang tinggal di daerah Kampung Melayu Jatinegara. Kami memutuskan
untuk mengadakan riset disana karena daerah tersebut terkenal sebagai salah
satu daerah langganan bajir di Jakarta. Hampir setiap tahun, khususnya pada
tiap musim penghujan, daerah ini selalu masuk dalam setiap pemberitaan massa
oleh karena daerah ini hampir setiap tahun selalu dihantam banjir.
Kelurahan Kampung Melayu yang menjadi
objek dalam penelitian ini berada di wilayah Jakarta Timur yang merupakan
wilayah padat penduduk dengan memiliki 8 RW, 112 RT, 10.018 KK dan 32.334 Jiwa
di tahun 2012. Setiap tahunnya mereka selalu mengalami musibah banjir. Kondisi
lingkungan bantaran Sungai Ciliwung yang sudah tidak memadai untuk dijadikan
tempat bermukim tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap memilih
lokasi tersebut sebagai tempat tinggal. Lokasi yang strategis, aksesibilitas
yang mudah dan terjangkau meru merupakan salah satu alasan masyarakat tetap memilih
tinggal di tempat tersebut. Namun
sayangnya mereka sendiri tidak dapat menjaga keseimbangan ekologi lingkungan di
sekitar mereka. Masyarakat disana yang 70% bermata pencaharian sebagai pedagang
atau wiraswasta dan berdagang di Pasar Jatinegara, punya kebiasaan-kebiasaan
buruk yang memperparah kerusakan dan pencemaran Kali Ciliwung. Jumlah penduduk
yang makin meningkat tiap tahun mengakibatkan jumlah rumah makin meningkat
pula.
Hal
ini menyebabkan lebar sungai menjadi menyempit, karena masyarakat makin banyak
membagun rumah mereka di tepi sungai. Selain itu mereka sering membuang sampah
sembarangan ke Kali Ciliwung. Padahal mereka menggunakan Kali Ciliwung tersebut
untuk kebutuhan sehari-hari mereka, seperti untuk menyuci baju, mandi, dan
buang hajat. Mereka beralasan bahwa jauhnya tempat pembuangan sampah yang
membuat mereka membuang sampah ke sungai. Sedangkan walaupun mereka tahu bila
Kali Ciliwung airnya kotor dan tidak higienis tapi mereka tetap menggunakannya
untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sering matinya air ledeng dan
mahalnya air bersih yang biasanya dijual. Tentu saja hal-hal tersebut
menyumbang peranan besar terhadap banjir, karena bila musim hujan tiba, air
kiriman dari Bendungan Katulampa Bogor yang mengalir menuju laut menjadi
tersendat ketika air tersebut memasuki kawasan Kali Ciliwung di wilayah Kampung
Melayu.
Air
kiriman tersebut tersendat karena selain faktor air laut pasang, juga
disebabkan oleh menumpuknya sampah di bantaran Kali Ciliwung di wilayah Kampung
Melayu tersebut. Oleh sebab itu, hampir setiap musim hujan, banjir selalu
menghantam daerah tersebut. Para masyarakat yang menderita oleh banjir tersebut
hanya bisa pasrah dan mengungsi ke kantor kelurahan dan gedung sekolah yang
terletak di daerah Jatinegara.
Semua
permasalahan ini tentu saja sudah dipikirkan oleh pemda DKI. Sudah sejak
pemerintahan Ali Sadikin hingga terakhir Fauzi Bowo. Daerah Kampung Melayu
tersebut sudah sering dikunjungi oleh para pejabat, bahkan Presiden RI serta
pejabat Negara asing sudah pernah mengunjungi daerah tersebut.
Sudah
banyak pula kebijakan dan Peraturan Pemerintah yang dibuat untuk mengatur
masalah penduduk dan masalah sampah. Sudah berkali - kali para pejabat Pemda
DKI mendatangi wilayah tersebut untuk menawarkan relokasi bagi para penduduk
yang menetap di sepanjang bantaran Kali Ciliwung. Para pejabat tersebut
menawarkan apartemen/rumah susun. Namun tawaran tersebut hanya ditanggapi
dengan dingin oleh para penduduk. Mereka khawatir bila mereka tidak mendapatkan
kompensasi yang sesuai bila mereka pindah dari tempat tinggal mereka sekarang.
Selain itu mereka merasa tidak pasti dengan status mereka bila menempati rumah
susun yang ditawarkan. Apakah mereka menempati rumah susun tersebut gratis
(bebas biaya sewa) atau sistem kontrak.
Sedangkan terkait masalah sampah, Pemda DKI sudah berkali-kali mengeruk
Kali untuk mengangkat timbunan sampah yang mengendap di dasar Kali.
Selain
itu juga melakukan normalisasi Kali untuk memperlebar Daerah Aliran Sungai
(DAS). Para warga pun melakukan usaha dengan mendirikan Rumah Kompos (Composite
House). Maksud dari Rumah Kompos tersebut ialah semacam rumah panggung,
maksudnya rumah yang terdiri dari 2 lantai, dimana lantai pertama merupakan
ruang keluarga, tapi bila banjir datang, maka keluarga rumah tersebut dapat mengungsi
ke lantai 2. Tapi semua upaya tersebut hampir tidak membawa dampak positif.
Daerah tersebut tetap saja terendam banjir di setiap musim penghujan. Setiap
banjir tiba, para penduduk mengungsi ke kantor kelurahan dan gedung sekolah yag
terletak di daerah Jatinegara. Bantuan kemanusiaan bagi para korban banjir
tersebut biasanya datang dari Palang Merah Indonesia (PMI), Pemda DKI dan dari
daerah sekitar. Bantuan biasanya berupa bahan makanan, bahan pakaian,
obat-obatan, tenda, dan perahu karet.
3.1
Kendala
- Penyempitan
kali karena pembangunan rumah di sekitar bantaran kali.
- Akses
jalan di sekitar bantaran kali ciliwung sangat kecil.
- Akses
yang sulit membuat kendaraan milik pemerintah daerah terutama Mobil sampah,
tidak bisa masuk ke bantaran kali.
- Warga
yang tinggal di bantaran kali kurang memiliki kesadaran sehingga mereka
membuang sampah langsung ke kali.
- Memiliki
mesin komposing tapi tidak ada tenaga pekerja untuk menjalankan mesin komposing
guna mendaurulang sampah – sampah yang menumpuk di sekitar bantaran kali
tersebut.
- Air
kiriman dari Bogor dan Depok.
3.2
Alternatif
Pemecahan Masalah
- Sering
di adakan kampanye – kempanye tentang kebersihan lingkungan.
- Di
sekitar pemukiman bantaran kali harus di buat tempat pembuangan akhir.
- Menormalisasikan
bantaran kali ciliwung.
- Dibuat
rumah panggung one stop living, guna menghemat lahan.
- Kesadaran
dari masyarakat itu sendiri.
- Di
buat saluran air untuk menuju ke Banjir Kanal Timur (BKT).
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian
dan wawancara yang dilakukan di lapangan, kami peneliti berusaha untuk
menganalisa bentuk permasalahan dan konsep pemenuhan akses terhadap
keadilan yang terdapat di sekitar masyarakat bantaran Kali Ciliwung. Seperti
yang telah diketahui oleh seluruh masyarakat di Jakarta ini secara umum, daerah
bantaran kali Ciliwung tidak pernah lepas dari masalah banjir yang melanda
apabila hujuan deras mengguyur daerah tersebut. Selama bertahun-tahun mereka
hidup dengan kondisi demikian, dan telah menjadi sesuatu yang dimaklumi bagi
warga tersebut apabila lagi-lagi fenomena banjir datang dan menyusahkan mereka.
Di sisi lain, pihak pemerintah berargumen bahwa hal itu dikarenakan juga oleh andil
warga yang tidak memperhatikan dan memelihara lingkungannya dengan baik, salah
satunya yaitu membuang sampah sembarangan ke kali, sehingga apabila hujan deras
datang mau tidak mau banjir juga turut menyertainya.
4.2
Saran
Dengan
demikian pemerintah beranggapan adalah lebih baik apabila solusi dari masalah
ini berupa pemindahan seluruh warga dari wilayah banjir tersebut ke tempat yang
lebih baik dan permanen, yaitu rumah susun (rusun). Mulailah pemerintah
mengupayakan hal tersebut dengan memperkenalkan ide tinggal di rumah susun
kepada warga, disertai dengan persuasi bahwa kiranya mereka akan memperoleh
tingkat kehidupan yang lebih baik apabila mendiami tempat tinggal yang permanen
dan dipastikan bebas dari gangguan banjir yang selama ini selalu dihadapi sebagai
masalah utama warga.
DAFTAR
PUSTAKA
Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan Edisi 2. Jakarta:
Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar